Selasa, 30 Agustus 2016

Mitrasiswa, Mewakili Kabupaten Bogor dalam Pemilihan Wirausaha Muda Berprestasi Kemenpora 2016



Melalui situs www.kemenpora.go.id, Mitrasiswa mendaftarkan diri sebagai peserta dalam pemilihan Wirausaha Muda Pemula Berprestasi 2016.

Pendaftaran ditutup pada tanggal 31 Agustus 2016, tepat satu hari sebelum ditutup mitrasiswa telah mengirimkan dokumen keikutsertaan, yang meliputi :

1. Formulir pendaftaran yang telah diisi
2. Scan KTP
3. Surat pengantar dari Dispora Kabupaten Bogor
4. Proposal Usaha

Diantara syarat-syarat tersebut, mengurus surat pengantar dari Dispora Kabupaten Bogor merupakan syarat yang mungkin bagi sebagian orang dirasa cukup sulit karena harus datang langsung ke kantor Dispora Kabupaten Bogor yang beralamat di Stadion Pakansari, Cibinong.

Surat pengantar tersebut diambil pada tanggal 26 Agustus 2016, dan pada saat pengambilan surat tersebut, petugas menyampaikan bahwa baru mitrasiswa yang meminta surat tersebut untuk kepentingan pemilihan Wirausaha Muda pemula Berprestasi 2016. 

Dengan demikian mitrasiswa menjadi satu-satunya perwakilan Kabupaten Bogor dalam program yang diadakan oleh Kemenpora tersebut. Pengumuman pemenang akan diumumkan tanggal 28 Oktober 2016, bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda. 



Selasa, 23 Agustus 2016

Siswa/i Mitrasiswa Th 2015/2016 yang Lolos PTN, PTS, dan Sekolah Kedinasan

Terimakasih kepa26a segenap rekan manajemen dan instruktur yang telah mendampingi, mengarahkan, dan membimbing siswa/i kelas 12 baik IPA maupun IPS tahun ajaran 2015/2016 sehingga mereka telah diterima di berbagai PTN, PTS, dan Sekolah Kedinasan. 

Berikut daftar siswa/i yang berhasil lolos :
1. Inggrafasya Nazira M (SMA Plus YPHB) : Bimbingan Konseling, UPI
2. Sofia Ulfah (SMA Plus YPHB) : Supervisor Jaminan Mutu Pangan, D3 IPB
3. Nurima (SMA Plus YPHB) : Statistika, UII
4. Nur Ainun (SMA Plus YPHB) : Psikologi, Yarsi
5. Alda Taj Vega (SMA N 9 Bogor) : Psikologi, UIN 
6. Mahesa Bijana (SMA Bina Insani) : Teknologi Produksi dan Manajeman Perkebunan, D3 IPB
7. Akmal Mustafa (SMA Bina Insani) : Manajemen Agribisnis, D3 IPB
8. Ahmad Baihaqi (SMA Bina Insani) : STIP - Penerbangan
9. Ahmad Khaerudin (SMA N 5 Bogor) : STIP - Penerbangan
10. Dhaffin (SMA N 5 Bogor) : STIP - Pelayaran (Nahkoda)
11. Eri Yanti (SMA N 5 Bogor) : Pendidikan Bahasa Inggris, UNJ
12. Raihan (SMA Bina Insani) : Teknik Kelautan, ITS
13. Alya Putri (SMA N 2 Bogor) : Akuntansi, UGM
14. Vani : Akpol
15. Fernanda (SMA Bina Insani) : Sustainable Energy & Environment, Swiss German University
16. Azhari Priyono (SMA N 2 Bogor) : Telkom University
17. Jabo (SMA Kamandaka Bogor) : Teknik Elektro, UNPAR
Data Update per 26 Agustus 2016  

Selasa, 19 Juli 2016

New Comers Spectacular Training SMA N 1 Cigombong Bogor

New Comers Spectacular Training, merupakan program pelatihan motivasi diri yang diperuntukkan bagi para pendatang baru di sebuah institusi atau lembaga pendidikan. 

Program ini bertujuan untuk menyiapkan peserta didik SIAP dalam mengahadapi segala perubahan yang ada. Peserta diharapkan mampu mengungkap potensi yang tersembunyi dalam diri, meningkatkan rasa percaya diri dan memulai "kick off" di tempat yang baru dengan baik. 

Hari ini, Selasa 19 Juli 2016 Mitrasiswa Training Center bekerjasama dengan SMA N 1 Cigombong Bogor melalui mediator Prigama Lido menggelar pelatihan tersebut. Sejumlah 360 siswa baru yang masih berseragam putih biru, menyambut dengan antusias. 


Training yang dibawakan oleh profesional trainer Kak Indra Prima, mampu 'mengaduk-aduk' suasana hati para peserta. Peserta dibuat haru, tawa, meledak-ledak, dan juga termotivasi tentunya. 

"Sekarang, satukan kedua tangan kita...jempol mana yang ada di atas?. Jempol kiri atau jempol kanan? Sekarang kita buka,,, dan ketika saya katakan berubah...silahkan buka dan satukan dalam posisi sebaliknya" Kak Indra memberikan intruksi sambil mencontohkan gerakan.

"Hahaha" serentak tawa terdengar dari peserta.  
"Sekarang, mana yang lebih nyaman...posisi yang pertama atau yang kedua?"
Kak Indra kembali bertanya.
"P-E-R-T-A-M-A" kembali riuh suasana oleh jawaban pertama. 

"Yap, baru mau merubah posisi jempol saja...sudah ga enak. Apalagi dengan segala perubahan yang bakalan ada di tempat baru ini, pastinya akan muncul banyak ketidaknyamanan. Tapi, itulah perubahan, perubahan selalu menimbulkan perasaan tidak nyaman, tidak enak, dan deg-degan. So, saya ucapkan selamat kalo teman2 banyak mengalamai ketidaknyamanan, itu artinya kalian dalam perubahan. Tentunya perubahan itu harus disikapi dengan baik, dengan positif" Penjelasan Kak Indra, tentang ilustrasi yang baru saja disampaikan. 

Acara berdurasi 2 jam itu, berjalan sangat meriah. Gelak tawa dan tangis mewarnai sepanjang acara. Sekolahpun mengapreasiasi acara hari ini dengan luar biasa. 



Senin, 18 Juli 2016

Bimbel Privat TerBESAR di Kota Hujan

Kalo kamu ikutan bimbel, apa sih yang bikin kamu betah belajar disana?  Bikin kamu paham, cepet nangkep, bikin mood kamu ok, dan pastinya ga nge'bethe'in. Kalo jawabanmu adalah "tentor" berarti jawaban kita sama.

Tentor/instruktur/guru jadi penting banget buat keberlangsungan lembaga pendidikan. Baik itu sekolah, bimbel kelas, maupun bimbel privat. 

Nah, selama periode Mei 2015-Juni 206 (1 periode tahun ajaran) udah ada hampir 60 instruktur handal yang bergabung di mitrasiswa. Latar belakangnya bermacam-macam, mulai dari mahasiswa/i, sarjana, magister, dan guru sekolah. Mereka semua mengusai berbagai bidang yang juga berbeda-beda. 

Rata-rata bimbel yang sudah berjalan cukup baik, punya jumlah guru 15-20 guru. Jumlah 59 guru yang tergabung di mitrasiswa periode 2015/2016 adalah angka yang sangat fantastis, mitrasiswa mempunyai jumlah tenaga pengajar sekitar 3x-4x lipat dari bimbel pada umumnya. Hal inilah yang membuat mitrasiswa menjadi bimbel privat terbesar se-KOTA dan KABUPATEN Bogor dalam kategori jumlah istruktur. 

Berikut daftar 59 Istruktur yang meramaikan KBM Mitrasiswa di Tahun Ajaran 2015/2016 :

  1. Sari Iah Sariah 
  2. Fitrado 
  3. Dhanang Ajie
  4. Astuty 'Alawiyah 
  5. Irma Rahmariez 
  6. Alfin Khairi 
  7. Rendy Fernandi
  8. Sucipto Budiyono
  9. Asmareta P Mariah 
  10. Nhe Firmansyah 
  11. Indra Prima 
  12. Ainun Nafisah
  13. Nurlia Eka Damayanti 
  14. Sinta Nasution 
  15. Widi Marmoyo 
  16. Maesyarotunnisa
  17. Ulya Zulfa 
  18. Basirun
  19. Hadi Hidayat
  20. Resha Nuzul Safitri 
  21. Nanda 
  22. Doni Lahay
  23. Devi Apriliyanti
  24. Destiono Nugroho
  25. Ayu Sasmita 
  26. Fatwa Alam Islami
  27. Isna Nur Arifina
  28. Ira Ukhtia 
  29. Nindy Astreani
  30. Ayu Vandira 
  31. Syaepul Bahri
  32. Dewi Fitria
  33. Eka Puji Astuti
  34. Nurul Hidayah
  35. Fitria Agustine
  36. Emma
  37. Zein Fadhlurrahman
  38. Sarah Atiess
  39. Aulia Khoirunnisa
  40. Ika 
  41. Margaretta Sauhoka
  42. Suryana Hasan
  43. Muhammad Riza Abdillah
  44. Resti Fauziyah
  45. Rahmi Taufika
  46. Laras Zulhijah
  47. Kunedi ElJavani
  48. Erik Dia Fari
  49. Abil Dermail
  50. Jenny 
  51. Fajri Arhidayat
  52. EvLina Trisia Salsabella
  53. Rijal Nurul Azam
  54. Annisa Bataria
  55. Syifa Alfiati
  56. Ivan Permana Putra
  57. Syaifurrahman
  58. Nurul Inayah
  59. Juanda Enda

Thanks a lot all

Selasa, 05 Juli 2016

Kenapa Kamu Perlu Menulis ?

Tulisan adalah bagian penting dalam peradaban umat manusia. Melalui tulisan, zaman dibedakan menjadi pra sejarah dan sejarah. Masa dimana manusia belum mengenal tulisan disebut zaman pra sejarah, dan setelah mengenal tulisan disebut zaman sejarah. 

Kisah dan peristiwa  yang terjadi di zaman dahulu, bisa kita ketahui dari beberapa cara, misalnya : mulut ke mulut/tutur tinular yang salah satu turunannnya menjadi cerita rakyat. Cara lainnya yaitu melalui catatan sejarah yang diTULIS oleh pelaku sejarah pada zamannya. Misalnya saja Pancksara yang dengan detail menuliskan kisah kerajaan majapahit.

Tulisan membuat kita tahu dan bisa belajar dari peristiwa dan kejadian di masa lalu. Itu sebabnya tulisan begitu penting dalam kehidupan.

Lebih dari sekedar fungsi informasi, tulisan berkembang lebih jauh lagi. Mengekspresikan diri, mencurahkan isi hati, membuat karangan fiksi, bisa dilakukan melalui tulisan. 

Sekarang aku kasih pertanyaan simpel “kalo kamu masuk ke dalam goa, goa nya gelap, dan berlubang. Ga lama setelah masuk goa, kamu jatuh ke lubang. Nah,  apa yang bakal kamu lakuin”

“Berusaha bangun, lanjutin perjalanan” begitukan….jawaban kamu. Hehe.

Seorang guru pernah kasih jawaban yang lebih hebat, dia nambahin dikit. “Berusaha bangun, nah kalo udah bangun…jangan lagsung lanjut tapi kasih tanda dulu di depan lubang, kasih tulisan HATI-HATI ADA LUBANG biar orang lain yang mau lewat ga masuk ke lubang yang sama” 

Nah, tulisan prenting kan! 

Misalnya, bagi kamu yang pernah sukses masuk kuliah di perguruan tinggi favorit, kamu bisa tuh tulis pengalamannya… Lalu bagikan, sehingga orang bisa belajar dari pengalamanmu itu. 

Sekarang kamu udah tahu, pentingnya tulisan dan pentingnya menulis. Kalo gitu, yuk mulai menulis, dan mulai bikin buku.

Sahabat Menulismu,

Kak Indra

Senin, 04 Juli 2016

Jinggle Mitrasiswa




Mentari Pagi Bersinar Kembali
Tiba Saatnya Kita Meraih Mimpi
Berjanjilah dan Tanamkanlah di Hati
Saatnya... Meraih Prestasi

Satukanlah Rasa Meraih Cita
Tiba Saatnya Kita Menggapai Asa
Berjanji dan Tanamkanlah di Jiwa
Saatnya....Menjadi JUARAAAA...

Mitrasiswa.....
Sahabat Para Siswa
Mencari Kawan, Berbagi Wawasan

Mitrasiswa.....
Meraih Cita-Cita
Selalu Mengawal....Generasi MUDA

By : Guns & Azam

Berhentilah dari Berhenti (Bagian 1)


Merah dan Putih Mengawali Langah – Langkah Kecil

“Membawa laptop rasanya lebih tepat“ Angga seolah bicara pada dirinya sendiri. Dari lantai dua ruang kerjanya Ia menatap beberapa anak berusia sekolah dasar bermain bola plastik di hamparan tanah kosong tidak jauh dari gedung tiga lantai tempat dimana Ia menjalankan bisnis. Anak-anak itu terlihat bersemangat. Salah seorang bahkan terlihat gigih menggiring bola hingga mendekati gawang lawan ingin membuat gol. Namun sayang, tendangan kaki kanannya meleset sepuluh centimeter dari gawang.

"Yaah..." keluh bocah itu sambil mengatur nafas yang tersengal. Teman satu timnya, ikut kecewa tanpa bersuara.

Lelaki muda itu menuruni tangga hendak menuju danau melepas penat sambil menenteng laptop. Security yang sudah tidak heran melihat Angga tetap masuk kerja disaat hari libur seperti hari itu, tersenyum ramah saat berpapasan. Tak membutuhkan waktu lama untuk sampai di gerbang danau. Lima menit dengan berjalan kaki. Ia terus berjalan  melewati toko florist dan bakery di sebelah kanan lalu menyebrangi jalan. Beberapa penjual makanan siap saji menjamur di trotoar, ada kebab, burger, sosis bakar, dan masih banyak pilihan lain.

Ia memilih  paket martabak mini dan cup wedang jahe, Indonesia sekali pikirnya. Semilir angin dari kerindangan  pepohonan yang berjajar di tepi jalan ramah menyapa. Sentuhan tangan terampil menata barisan bunga anggrek hingga menjadi sebuah taman indah  yang berpadu dengan danau lili putih memberikan pesona alami yang artistik. Angga  berbekal paket martabak mini coklat keju, memutuskan untuk duduk di bawah pohon rindang mengarah ke danau. Udara hari itu benar-benar sejuk, semilir angin mengalun lembut. Langit cerah. Gumpalan awan putih berjajar rapi seolah menandakan hingga sore hari tidak akan turun hujan.

Layar laptop berlatar biru sudah terpampang dengan ratusan dokumen di dalamnya, Angga memainkan jemarinya  memeriksa email masuk. Matanya mengarah fokus pada layar laptop dan membacanya penuh semangat, saat dilihatnya  proposal rencana usaha yang dikirim oleh seseorang.

Coke sebutan untuk martabak mini coklat keju, dengan lahap Angga memakannya hingga suapan terakhir. Butiran coklat di ujung-ujung jarinya di bersihkan dengan tissue yang telah disediakan oleh penjualnya tadi.

Saat membersihkan lelehan coklat di telunjuk kiri, tampak goresan halus panjang akibat sayatan cutter beberapa tahun yang lalu. Goresan luka yang tak akan pernah dilupakan. Angga teringat sesuatu, kemanakah dirinya mengembara, benarkah batinnya berada di sebuah taman di tepi danau? Atau sedang berkelana menembus batas ruang dan waktu. Mengingat masa-masa itu. Goresan luka itu. Angga menghela nafas. Menahan untuk tidak mengingatnya sekarang.

Cuaca hari itu begitu bersahabat. Anak-anak itu masih bermain berlarian mengejar bola. Kini Angga bisa melihat mereka lebih dekat, sepuluh meter di sebelah kanan danau. Entah sudah berapa gol yang mereka buat. Angga senyum-senyum sendiri melihat anak-anak usia sekolah dasar itu, mengingatkan dirinya ketika Ia kecil dulu.

Angannya melayang, dibawa terbang mengingat sebuah kenangan. Ingatan masa lalu, masa-masa menunggu hari pertama masuk sekolah. Sekolah Dasar.

Angga menarik nafas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Berusaha mengingat kembali kenangan masa kecilnya meskipun terdengar teriakan ibu-ibu memanggil anaknya yang bermain jauh di luar jangkauan mereka, berlari kesana-kemari di sekitar danau.
***

Beberapa bocah berlarian tak beraturan mengejar bola plastik yang sudah tak jelas lagi warnanya, menandakan benda itu sudah sangat lama menjadi teman bermain anak-anak sudut desa.

“Woii udah sore nih... ayo kita pulang“ Angga mengingatkan teman-temannya.

“Ah kamu Ngga berisik, ayolah bentar lagi, aku kan baru ikutan” bujuk salah seorang bocah yang telat datang ke lapangan dan baru menendang bola tidak lebih dari lima kali. Angga tak bersuara lagi, tersenyum lantas bergegas membalikan badan. Meninggalkan teman-temannya, dengan langkah lebar. Pulang duluan.

Satu persatu Ibu-Ibu berdatangan berseru memanggil anaknya untuk segera pulang. Terlihat wajah-wajah bocah tidak puas, karena harus mengehentikan keseruan sore itu. Seruan Ibu-Ibu itu terdengar hebat, sehingga tak butuh waktu lama semuanya membubarkan diri. Lapangan itu menjadi kosong, menyisakan bola plastik yang tertinggal di sudut gawang tanpa ada yang berniat membawanya.

Sore menyambangi hari, malam datang temaram, tanpa siraman sinar rembulam. Kunang-kunang mulai beterbangan menghias malam. Suara adzan maghrib berkumandang, membuat mereka yang masih berada di sawah dan ladang segera beringsut bergegas pulang. Ibu-Ibu sibuk mencari ayam peliharaan yang belum juga masuk ke kandang. Hari mulai gelap, sore berganti malam sepenuhnya.

Terlihat seorang perempuan tua duduk termenung dengan tatapan yang tak pernah lepas dari seorang bocah berusia sekolah dasar. Bocah lugu yang terlihat keras hati itu masih tersenyum karena buaian perasaan senangnya, batinnya berceloteh, bersenandung, jelas terlihat rona wajah sumringah. Sudah lima tahun Ia hidup bersama cucunya selepas perceraian itu.

Ya, perceraian yang merenggut kebahagiaan anak-anak seusianya. Angga yang belum genap dua tahun harus menerima kenyataan Ibunya tidak mau membawanya karena pindah ke kota lain dan menikah dengan orang lain sebulan setelah perceraian diresmikan di pengadilan agama. Angga tidak tahu penyebab perceraian itu, itu urusan orang dewasa. Belum genap dua tahun usianya kala itu. Angga kecil bahkan tidak ingat apa yang ibunya pesankan terakhir kali kepadanya.

Sementara ayahnya pergi merantau ke ibukota demi mencari penghidupan yang lebih baik. Diantara ayah dan ibunya, Angga kecil lebih sering bertemu dengan ayahnya yang setahun dua kali menyempatkan pulang menemui anak satunya-satunya itu, sebelum akhirnya memutuskan menikah lagi. Nenek berbaik hati, merawat Angga seorang diri, suaminya telah meninggal sepuluh tahun yang lalu. Meskipun usianya telah senja, Nenek terlihat begitu bertenaga, sama kuatnya dengan Ibu-Ibu paruh baya. Urusan menimba air, mencuci, memasak, memelihara ayam, memanen pisang di kebun, semua dilakukan seorang diri. Belum lagi kebiasaannya mendongeng setiap malam.

Bocah yang ditatapnya tidak sempat berbagi pandang ke arah lain, matanya tertuju pada tas dan seragam merah putih yang akan dibawanya besok ke sekolah.

Malam merangkak kian pasti, melesat meninggalkan waktu yang tak bisa berkompromi, detik berlalu menit berganti, si bocah telah tertidur lelap. Dalam tidurnya si bocah mengigau hinggga membangunkan nenek yang baru saja beberapa saat berhasil memejamkan mata.

“Kenapa kamu le..le,  tidur kok teriak-teriak” si nenek berusaha membangunkan Angga, si bocah terus saja merancau tak jelas.

“Angga, bangun le.. oalah kamu pasti ya nda berdoa sebelum tidur tadi” dengan telaten si nenek merapikan selimut yang acak-acakan kesana-kemari. Angga tak lagi gaduh, keadaan kembali sunyi, suara binatang malam di sawah kembali menina bobokan nenek dan cucu itu hingga kembali lelap dalam buaian pekatnya malam.
Kumandang adzan subuh belum  terdengar, Angga sudah terjaga dan dengan semangat membangunkan neneknya.

“Mbok bangun, Mbok sudah siang, kan Mbok mau antar aku ke sekolah“

Sang nenek sedikit menggeliat lalu melirik ke arah cucunya, dengan suara parau nenek bicara datar.

“Masih malam begini kok, dibilang siang.., sudah tidur lagi” Nenek berusia enam puluh lima tahun itu kembali memejamkan matanya.

Besok adalah hari pertama Angga masuk SD. Seragam merah dan putih telah tergantung rapi di kapstok dinding kamar. Dibeli tiga hari lalu di pasar tradisional. Butuh waktu tiga puluh menit untuk sampai kesana menggunakan becak. Mengingat kondisi perekonomian yang cukup sulit, nenek hanya mampu mendaftarkan Angga ke sebuah sekolah yang mau dibayar murah bahkan gratis biaya pendaftaran. Hanya sedikit orang tua yang mau menyekolahkan anaknya disana. Alasan paling simpel adalah kondisi fisik bangunan sekolah yang sudah tidak layak pakai.

Sekolah memiliki tiga gedung terpisah dengan satu gedung di tengah berukuran lebih kecil dari dua gedung lainnya, gedung bagian tengah ini telah dipensiunkan tiga tahun lalu. Atapnya penuh dengan lubang, dindingnya belum disemen, dan tanpa pintu. Sepertinya gedung di tengah ini tidak dilanjutkan pembangunannya karena asupan dana dari pemerintah belum juga turun. Belum turun atau tertahan di birokrasi. Entahlah,  yang jelas gedung ini belum selesai dibangun. Kepala sekolah memaksa untuk menggunakannya dengan kondisi apa adanya. Dan hanya bertahan sebulan, ruangan dengan luas tiga puluhnmeter persegi ini sudah tidak dipakai lagi.

SD Keturen 2, tidak memiliki kelas selengkap sekolah lain pada umumnya. Kalau regenerasi berjalan baik, seharusnya kelas satu, dua, tiga, empat, lima, dan enam,  lengkap terisi. Total enam kelas. Tapi sayang, pernah dalam tiga periode tahun ajaran tidak ada satupun orang tua yang mau menyekolahkan anaknya disana. Pernah ada satu siswa yang mendaftar, namun terpaksa harus dipindahkan ke sekolah lain dengan alasan beban operasional.  Sekarang sekolah itu memiliki tiga kelas tersisa, kelas empat, tiga, dan kelas satu yang diisi oleh sembilan siswa baru termasuk Angga di dalamnya.

Cahaya matahari pagi menyeruak di sela-sela dedaunan, sebagian jatuh tepat di wajah Angga. Hangatnya mentari pagi membuat mata bocah yang akan memasuki Sekolah Dasar pertama kalinya itu terpicing menahan silau. Jam sudah menunjukkan pukul 07:00, upacara rutin dilakukan di sekolah itu. Untuk beberapa saat lamanya Angga membisu. Juga siswa baru lainnya ketika memasuki ruang kelas untuk pertama kali. Mereka tidak perlu berebut kursi. Kelas berkapasitas tiga puluh siswa itu terlihat luas karena diisi hanya sembilan siswa.

Terlihat suasana  yang  cukup memprihatinkan. Bangunan sekolah yang lapuk dan rentan keruntuhan hanya tinggal menunggu ambruknya saja. Apapun itu, semuanya kelihatan senang. Bersyukur mereka bisa bersekolah. Dengan langkah mantap mereka meninggalkan kelas menuju ke lapangan meninggalkan tas baru mereka di kursi masing-masing.